a. Pengertian Organisasi
Organisasi berasal dari bahasa latin organum yang berarti alat atau badan. Di dalam KBBI (2002: 803) organisasi ialah kelompok kerjasama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Pada dasarnya ada 3 ciri khusus dari suatu organisasi, yaitu: adanya kelompok manusia, kerjasama yang harmonis, dan kerjasama tersebut berdasar atas hak, kewajiban serta tanggung jawab masing-masing rang untuk mencapai tujuan (Djati Julitriarsa, 1998: 41).
Pengertian orgainsai dari beberapa mahir antara lain:
a) James D. Money (1974)
Organisasi ialah bentuk dari perserikatan insan untuk mencapai suatu tujuan bersama.
b) Ralph Currier Davis (1951)
Organisasi ialah kelompok orang-orang yang bekerja mencapai tujuan bersama diabawah pimpinan.
c) John D. Millet (1954)
Organisasi ialah sebuah kerangka struktur, sebagai wahana dan wdah pelaksanaan pekerjaan banyak orang untuk mencapai suatu tujuan bersama.
d) Dwight Waldo (1956)
Organisasi ialah struktur kekerabatan antar insan berdasarkan wewenang dan bersifat tetap dalam suatu sistem manajemen (Djati Julitriarsa, 1998: 42-43).
e) Cyril Soffer (1973)
Organisasi adalahperserikatan orang, yang masing-masing diberi peranan tertentudalam suatu sistem kerja dan pembagian kerja di man pekerjaan dibagi menjadi rincian tugas, diberikan di antara pemegang peranan, dan kemudian digabung ke beberapa bentu hasil. (Sutarto,2006: 36)
Dari banyak sekali pendapat perihal pengertian organisasi tersebut maka sanggup disimpulkan adanya tiga macam pendapat yaitu: (1) Organisasi ialah kumpulan orang-orang; (2) Organisasi ialah proses pembagian kerja; dan (3) Organisasi ialah sistem kerja sama. Dari tiga macam pendapat di atas maka sanggup disusun suatu definisi perihal organisasi secara sederhana, yaitu: “Organisasi ialah suatu sistem kolaborasi dari sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu”(Djati Julitriarsa, 1998:44).
Menurut Siswanto (2007: 73) “Organisasi dapat didefinisikan sebagai sekelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk merealisasikan tujuan bersama”. Berdasarkan pendapat Siswanto tersebut, bahwa organisasi ialah interaksi antara sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam membentuk atau memilih sebuah organisasi harus diperhatikan ciri-ciri yang ada. Ciri-ciri organisasi merupakan beberapa hal yang harus ada. Ciri-ciri organisasi berdasarkan Siwanto (2007: 73) yaitu :
1. Suatu organisasi ialah adanya sekelompok orang yang menggabungkan diri dengan suatu ikatan norma, peraturan, ketentuan dan kebijakan yang telah dirumuskan dan masingmasing pihak siap untuk mejalankannya dengan penuh tanggung jawab.
2. Dalam suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang tersebut saling mengadakan kekerabatan timbl balik, saling memberi dan mendapatkan dan juga saling berafiliasi untuk melahirkan dan merealisasikan maksud (purpose), sasaran (objective) dan tujuan (goal).
3. Dalam suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang saling berinteraksi dan berafiliasi tersebut diarahkan pada suatu titik tertentu., yaitu tujuan bersama dan ingin direalisasikan.
Dari klarifikasi di atas sanggup diketahui bahwa setiap organisasi harus mempunyai tiga unsur dasar yaitu sekeompok orang, kerjasama dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian organisasi merupakan sarana untuk melaksanakan kerjasama sekelompok orang dalam rangka mencapai tujuan bersama. Jadi, sanggup di ambil suatu kesimpulan bahwa organisasi ialah sekelompok insan yang bekerja sama, dimana kolaborasi tersebut dicanangkan dalam bentuk struktur organisasi atau citra skematis perihal kekerabatan kerja, dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.
b. Asas-asas Organisasi
Asas-asas organisasi ialah banyak sekali ajaran yang sejauh mungkin hendaknya dilaksanakan biar diperoleh struktur organisasi yang baik dan acara organisasi sanggup berjalan lancar. Adapun asas-asas organisasi ialah sebagai berikut:
1) Perumusan tujuan dengan jelas
Perumusan tujuan dengan terang memudahkan penetapan haluan organisasi, pemilihan bentuk, pembentukan struktur, kebutuhan jabatan, penyumbangan pengalamana, kecakapan daya kreasi dari para anggota organisasi.
Herbert G. Hicks, mengemukakan pentingnya tujuan sebagai berikut:
1) Tujuan membantu perjuangan organisasi.
2) Tujuan dibutuhkan untuk melaksanakan koordinasi dan mengkoordinasikannya langkah pertama memutuskan tujuan organisasi.
3) Tujuan merupakan arah terakhir di mana semua kegiatan organisasi diarahkan.
4) Tujuan diharapkan sebelumnya untuk memutuskan haluan prosedur, metode, taktik dan peraturan.
Mc Gregor, mengemukanakan perihal tujuan yang terang adalah:
Ø Tujuan yang efektif menambah semangat semua anggota untuk bekerja ke arah tujuan yang sama.
Ø Tujuan yang terang menunjukkan tongkat pengukur yang obyektif untuk mengukur, membandingkan dan menilai pelaksanaan.
Setiap orang yang masuk organisasi biasanya telah mempunyai konsep tujuan individu, konsep tujuan organisasi dan organisasi sendiri telah mempunyai knsep tujuan organisasinya.
2) Departemenisasi
Departemenisasi merupakan asas pembentukan satuan organisasi yang akan diserahi beban kerja tertentu. Jadi, departemenisasi ialah acara untuk menyusun satuan-satuan (unit-unit) organisasi yang diharapkan untuk melaksanakan fungsi yang ada.
Dalam pembentukan satuan organisasi yang harus diperhatikan adalah:
5) Jumlah satuan organisasi hendaknya sedikit mungkin.
6) Satuan organisasi dibuat harus berfungsi bulat.
7) Perluasan acara pada tahap pertama harus ditampung lebih dulu oleh satuan yang ada sehingga tidak tergesa-gesa membentuk satuan yang baru.
8) Bila satuan/suatu acara telah ada maka organisasi yang menampungnya jangan membentuk satuan kembarnya.
9) Pembentukan satuan organisasi perlu dilakukan penertiban pemakaian sebutan satuan organisasi yang sempurna sehingga sanggup diketahui fungsi dari persatuan yang bersangkutan.
Kedudukan satuan organisasi di dalam struktur organisasi ada 2 macam:
Ø Pertama, satuan organisasi yang berkedudukan eksklusif di bawah pucuk pimpinan organisasi yang disebut “satuan organisasi utama”.
Ø Kedua, satuan organisasi yang berkedudukan dibawah satuan organisasi utama yang disebut “ satuan organisasi lanjutan”.
3) Pembagian kerja
Asas ini sanggup dikaitkan dengan pejabat yang harus menempatinya atau dengan susunan organisasinya. Maka asas pembagian kerja sanggup diartikan dua macam, yaitu:
(a) Perincian serta pengelompokan acara yang semacam atau erat hubungannya satu sama lain untuk dilakukan oleh satuan organisasi tertentu.
(b) Perincian serta pengelompokan acara yang semacam atau erat hubungannya satu sama lain untuk dilakukan oleh pejabat tertentu.
Dalam melaksanakan pembagian kerja yang harus diperhatikan adalah:
10) Tiap-tiap satuan organisasi harus mempunyai perincian acara yang jelas
11) Pejabat dari pucuk pimpinan hingga dengan pejabat yang berkedudukan paling bawah harus mempunyai perincian kiprah yang jelas
12) Jumlah perincian kiprah sebaiknya dipegang oleh seorang pejabat berkisar antara 4-12 macam.
13) Variasi kiprah bagi seorang pejabat hendaknya yang sejenis atau erat hubungannya.
14) Beban kiprah etiap pejabat hendaknya merata penempatan para pejabat hendaknya dengan tepat
15) Penambahan atau pengurangan pejabat harus berdasarkan volume kerja.
16) Pembagian kerja para pejabat dalam satuan organisasi jangan hingga terjadi “pengontakan pejabat”.
4) Koordinasi
Koordinasi ialah suatu asas yang menyatakan bahwa dalam suatu organisasi harus ada keselarasan acara di antara satuan-satuan organisasi atau keselarasan di antara pejabatnya. Sedangkan manfaat koordinasi yaitu:
17) Menghindarkan konflik
18) Menghindarkan rebutan sumber atau fasilitas
19) Menghindarkan kekembaran pengerjaan
20) Menghindarkan kekosongan pengerjaan
21) Menghindarkan perasaan lepas satu sama lain
22) Menjamin kesatuan sikap
23) Menjamin kesatuan tindakan
24) Menjamin kesatuan kebijaksanaan
25) Menjamin kesatuan pelaksanaan
Macam-macam koordinasi:
(a) Koordinasi penegak: yaitu koordinasi antara satuan atau pejabat yang kedudukannya tidak sederajat.
(b) Koordinasi mendatar: yaitu koordinasi antar satuan yang kedudukannya sederajat.
(c) Koordinasi mekanis: yaitu koordinasi urutan penyelesaian pekerjaan secara mekanis, yang berupa penyelesaian pekerjaan saling tanggap diantara para pejabat dalam menghadapi suatu pekerjaan secara bersama.
(d) Koordinasi prosedur: yaitu koordinasi yang tergambar pada skema koordinasi.
(e) Koordinasi substansi: yaitu koordinasi yang berupa acara kerja.
5) Pelimpahan Wewenang
Wewenang ialah hak seorang pejabat untuk mengambil tindakan yang diharapkan biar kiprah dan tanggung jawab sanggup dilaksanakan dengan baik. Pelimpahan ialah penyerahan. Makara pelimpahan wewenang ialah penyerahan sebagian hak untuk mengambil tindakan yang diharapkan biar kiprah serta tanggung jawab sanggup dilaksanakan dengan baik dari pejabat yang satu kepada pejabat yang lain. Dalam melaksanakan pelimpahan wewenang yang perlu diperhatikan :
(a) Batas wewenang setiap pejabat harus jelas
(b) Tanggung jawab dipikul oleh kedua belah pihak
(c) Tugas, tanggung jawab dan wewenang harus seimbang
(d) Perlu memperhatikan pendapat dari pejabat yang mendapatkan limpahan
(e) Disertai kepercayaan bahwa yang mendapatkan itu mampu
(f) Perlu adanya pembimbingan
(g) Perlu adanya pengontrolan
6) Rentangan Kontrol
Rentangan kontol ialah jumlah terbanyak bawahan eksklusif yang sanggup dipimpin dengan baik oleh seorang atasan. Sedang bawahan eksklusif merupakan sejumlah pejabat yang eksklusif berkedudukan dibawah seorang utusan tertentu.
7) Jenjang organisasi
Jenjang organisasi ialah tingkat-tingkat satuan organisasi yang didalamnya terdapat pejabat, tugas, serta wewenang tertentu berdasarkan kedudukannya dari atas hingga dengan bawah dalam suatu fungsi tertentu.
Pejabat yang berkedudukan pada tingkat yang lebih atas mengawasi para pejabat yang berkedudukan pada tingkat dibawahnya demikian seterusnya hingga hubungan-hubungan yang dilakukan antara para pejabat sejauh mungkin melewati tingkat-tingkat yang telah ditentukan.
Tingkatan dalam struktur organisasi dibedakan 3 macam:
(1) Struktur organisasi pipih : ialah struktur organisasi yang melaksanakan jenjang organisasi antara 2 hingga 3 tingkat
(2) Struktur organisasi datar: ialah struktur organisasi yang melaksanakan jenjang organisasi hingga dengan 4 tingkat
(3) Struktur organisasi curam: ialah struktur organisasi yang melaksanakan jenjang hingga dengan 5 tingkat.
8) Kesatuan Perintah
Kesatuan perintah berarti bahwa tiap-tiap pejabat dalam organisasi hendaknya sanggup diperintah dan bertanggung jawab kepada seorang atasan tertentu. Tidak ada kesatuan perintah akan mengakibatkan kebingungan, keraguan dari para bawahan.
9) Fleksibilitas
Struktur organisasi harus sudah dirubah untuk diadaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa mengurangi kelancaran acara yang sedang berjalan. Kalau diubah tetapi menghambat kelancaran acara yang sedang berjalan, maka ini bukanlah flesibilitas (kelenturan). Adapun perubahan yang mungkin terjadi sehingga mengakibatkan perunya struktur organisasi dirubah. Misalnya, perubahan tujuan, penambahan tujuan, ekspansi aktivitas, dan penambahan kerja.
c. Teori Organisasi
1) Teori Taylorisme
Taylorisme ialah nama yang terkenal untuk gagasan F. W. Taylor dan sekarang bersinonim dengan sebutan “efficiency expert”. Berikut lima prinsip dasar Taylorisme:
a) Geser tanggung jawab keorganisasian dari pekerja ke manajer. Manajer ialah pihak yang harus memikirkan perencanaan dan perancangan kerja.
b) Gunakan metode ilmiah (scientific method) untuk menentukan cara yang paling efisien untuk melakukan suatu pekerjaan (misalnya dengan menggunakan teknik time and motion study). Kemudian rancanglah pekerjaan untuk tiap pekerja dengan memutuskan secara terang dan detail mengenai pekerjaan apa saja yang dilakukan.
c) Pilih orang yang sempurna untuk melaksanakan pekerjaan yang baru dirancang tersebut.
d) Latihlah karyawan tersebut untuk melaksanakan pekerjaannya secara efisien.
e) Lakukan monitoring terhadap kinerja karyawan untuk menjamin mekanisme kerja yang telah ditetapkan benarbenar dijalankan dan tujuan yang dikendaki dicapai.
Penggunaan teknik tersebut di atas ditujukan untuk mempersingkat waktu pengerjaan dengan memaksa para pekerja menghilangkan “waktu yang tidak produktif”. Itu merupakan sebuah waktu dan gerak yang telah banyak dilakukan untuk menemukan cara terbaik dalam menuntaskan suatu pekerjaan dibandingkan dengan “rule of thumb”. Perlu juga dikemukakan di sini bahwa teknik Taylorisme tidak hanya diterapkan di pabrik (production floor), tetapi juga dibagian manajemen (office work) dengan cara memecah rangkaian pekerjaan (integrated tasks) menjadi komponen-komponen yang spesifik (specialized components) untuk dikerjakan oleh masing-masing ahlinya.
2) Teori Kontijensi Struktural
Hakikat teori kontijensi ialah tidak ada satu cara terbaik yang bisa dipakai dalam semua keadaan (situasi) lingkungan. Masuknya imbas variabel lingkungan dalam analisis organisasi diawali dengan kemunculan pendekatan sistem (system approach) dalam analisis organisasi dimana kemunculan pendekatan ini sebenarnya lantaran wangsit dari ilmu biologi, khususnya yang dikemukakan oleh Ludwig von Bertalanffy.
Pendekatan sistem dibangun berdasarkan anggapan bahwa organisasi pada hakekatnya mirip dengan organisme (makhluk hidup) yang terbuka terhadap pengaruh lingkungan sekitarnya. Menurut pendekatan ini organisasi ialah sebuah open system besar yang di dalamnya terdiri dari beberapa sub-sistem yang saling terkait. Organisme di dalam sistem semacam itu akan mengambil dan sekaligus memberikan sesuatu dari dan kepada lingkungannya. Dengan pola simbiose take and give itulah organisasi mempertahankan hidupnya.
Sama halnya dengan makhluk hidup, berdasarkan Teori Kontijensi tujuan simpulan sebuah organisasi dalam beroperasi adalah agar bisa bertahan (survive) dan bisa tumbuh (growth) atau disebut juga keberlangsungan (viability). Ada dua hal yang dilakukan organisasi untuk menjalankan penyesuaian hidup terhadap lingkungannya. Pertama, manajemen menata konfigurasi berbagai sub-sistem di dalam organisasi biar kegiatan organisasi menjadi efisien. Kedua, bentuk-bentuk spesies organisasi memiliki efektivitas yang berbeda-beda dalam menghadapi perubahan dalam lingkungan luar. Dengan kata lain mekanisme sistem pengendalian bisa sangat bervariasi sesuai dengan variasi lingkungan yang dihadapi. Dalam rangka mencari cara yang efektif, organisasi seharusnya menghubungkan ajakan lingkungan eksternal dengan fungsi-fungsi internalnya. Seorang manajer harus bisa mengatur harmonisasi fungsi-fungsi organisasinya dengan kebutuhan manusia.
Teori kontijensi memberi pemfokusan pada perlunya memfokuskan pada perubahan. Tidak ada satu aturan atau hukum yang memberi solusi terbaik untuk setiap waktu, tempat, semua orang atau semua situasi. Ada beberapa anggapan dasar dalam teori tersebut, yaitu antara lain:
(a) Manajemen pada dasarnya bersifat situasional. Konsekuensinya teknik-teknik manajemen sangat bergantung pada situasi yang dihadapi. Jika teknik yang digunakan sesuai dengan ajakan lingkungan, maka teknik tersebut dikatakan efektif dan berhasil. Dengan kata lain diversitas dan kompleksitas situasi eksternal yang dihadapi organisasi harus di pecahkan dengan teknik yang sesuai.
(b) Manajemen harus mengadopsi pendekatan dan strategi sesuai dengan ajakan setiap situasi yang dihadapi. Kebijakan dan praktik manajemen yang secara spontan dapat merespon setiap perubahan lingkungan bisa dikatakan efektif. Untuk mencapai keefektifan ini organisasi harus mendesain struktur organisasinya, gaya kepemimpinannya, dan sistem pengendalian yang berorientasi terhadap situasi yang dihadapi.
(c) Ketika keefektifan dan kesuksesan manajemen dihubungkan secara eksklusif dengan kemampuannya menghadapi lingkungan dan setiap perubahan dapat diatasi, maka harus ditingkatkan keterampilan mendiagnosa yang proaktif untuk mengantisipasi perubahan lingkungan yang komprehensif.
(d) Manajer yang sukses harus mendapatkan bahwa tidak ada satu cara terbaik dalam mengelola suatu organisasi. Mereka harus mempertimbangkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik manajemen yang sanggup diaplikasikan untuk semua waktu dan semua kebutuhan. Tidak ada solusi yang sanggup diaplikasikan secara universal.
3) Teori Ketergantungan Sumber Daya
Teori Ketergantungan Sumber Daya dibangun berdasarkan asumsi-asumsi di bawah ini:
a) Organisasi-organisasi dianggap terdiri dari koalisi internal-eksternal yang muncul dari pertukaran sosial yang dilakukan untuk menghipnotis dan mengendalikan perilaku.
b) Lingkungan dianggap berisi sumber daya yang langka dan penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
c) Organisasi dianggap bekerja untuk mencapai dua tujuan yaitu: mendapatkan kendali atas sumber daya bisa meminimalkan ketergantungannya pada organisasi lain dan meningkatkan kendali atas sumber daya yang memaksimalkan ketergantungan organisasi lain padanya.
Walaupun pandangan bahwa organisasi terkendala oleh faktor eksternal tampaknya berpaham determinisme, menurut Pfeffer dan Salancik organisasi tidaklah pasif dalam menghadapi kendala eksternal tersebut. Organisasi juga merespon lingkungan melalui banyak sekali diskresi manajemen dalam bentuk mempengaruhi organisasi lain, berkoalisi dengan organisasi lain atau merubah lingkungan. Merger, diferensiasi, dan lobi pada pemerintah bisa kita anggap sebagai pola bagaimana merespon lingkungan.
4) Teori Ekologi Populasi
Teori Ekologi Populasi membahas perubahan organisasi sebagai fungsi dari kekuatan-kekuatan lingkungan pada populasi organisasi, khususnya pada proses pembentukan dan kegagalan organisasi. Pandangan Ekologi Populasi tersebut menentang pendapat Teori Kontijensi Struktural yang menyatakan bahwa proses penyesuaian dilakukan pada level individu organisasi. Bagi Teori Ekologi Populasi penyesuaian terjadi pada level populasi melalui proses lahir (birth) dan mati (death). Oleh lantaran itu proses adaptasi yang dijalankan oleh organisasi sebetulnya lebih merupakan proses seleksi alam berdasarkan Donaldson dalam “Teori Organisasi” (Gudono: 2009).
Berikut ini ialah beberapa konsep yang lazim ditemui dalam tulisan-tulisan mengenai Teori Ekologi Populasi:
(a) Structural inertia. Structural inertia adalah kecenderungan organisasi untuk mempertahankan struktur internalnya apapun yang terjadi pada fakor lainlainnya. Jadi bahu-membahu konsep ini merujuk pada ketidakmampuan suatu organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungannya: semakin kuat tekanan structural inertia, semakin rendah fleksibilitas adaptif organisasi tersebut. Teori structural inertia menyatakan bahwa proses perubahan akan membuat persoalan reorganisasi internal dan legimitasi eksternal berdasarkan Hannan dan Freeman dalam “Teori Organisasi” (Gudono: 2009).
(b) Liability of newness. Liability of newness berunjuk pada kenyataan bahwa risiko mati (bangkrut) organisasi yang masih gres ialah tinggi dan risiko ini akan menurut sejalan dengan bertambahnya usia perusahaan menurut Stinchombe dalam “Teori Organisasi” (Gudono: 2009)
(c) Liability of smallness. Liability of smallness merujuk pada kecenderungan menurunnya tingkat janjkematian (mortality rate) sejalan dengan semakin besarnya ukuran organisasi. Ada dugaan mengapa hal ini bisa terjadi, yaitu karena organisasi-organisasi besar umumnya memiliki akuntabilitas, reliabilitas dan legitimasi yang juga lebih besar.
(d) Niche width theory. Niche width theory menyatakan bahwa populasi organisasi menempati niche yang sama dalam arti bahwa mereka tergantung pada sumber daya lingkungan yang identik. Jika dua populasi organisasi menempati niche yang sama tapi berbeda dalam hal karakteristik organisasi, maka populasi yang memiliki kecocokan yang lebih kecil dengan karakteristik lingkungan akan dieliminasi.
(e) Generalist population dan specialist population. Terkait dengan niche width theory teori Ekologi populasi menyatakan bahwa generalist population tergantung pada rentang niche yang lebar sumber daya lingkungan. Keadaan ini akan memaksimalkan eksplorasi tetapi akan meningkatkan risiko. Sebaliknya specialist population tergantung pada kondisi lingkungan yang spesifik atau rentangan niche yang sempit dan hal tersebut akan memungkinkan organisasi di dalamnya untuk makmur dari pemanfaatan niche khusus tersebut. Perbedaan karakteristik keluasan rentangan niche ini akan berpengaruh pada taktik organisasi yang ada di dalamnya.
(f) Density dependence. Density dependence menyatakan bahwa legimitasi dan kompetisi bergantung pada tingkat kepadatan populasi. Pada waktu tingkat kepadatan rendah, proses legitimasi mendominasi dan hal ini akan meningkatkan tingkat kelahiran dan menurunkan kematian organisasi. Pada waktu tingkat kepadatan tinggi, kompetisi akan mendominasi dan hal ini akan menurunkan tingkat kelahiran dan meningkatkan tingkat kematian organisasi.
Ada beberapa perkiraan dasar yang dipakai dalam pembahasan-pembahasan. Teori Ekologi Populasi menurut Robbins dalam “Teori Organisasi” (Gudono: 2009). Pertama, teori ini memusatkan pada kelompok atau populasi organisasi, bukan sebuah organisasi. Kedua, teori ini mendefinisikan efektivitas organisasi semata-mata sebagai survival (mampu bertahan hidup). Ketiga, lingkungan sangat memilih dan manajemen memiliki pengaruh yang kecil terhadap kemampuan organisasi untuk bertahan hidup. Keempat, kapasitas (daya dukung/carriying capacity) lingkungan ialah terbatas.
5) Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan dibangun sebagai upaya untuk memahami dan memecahkan persoalan yang muncul manakala ada ketidaklengkapan informasi pada ketika melaksanakan kontrak. Kontrak yang dimaksudkan disini ialah kontrak antara prinsipal (pemberi kerja, contohnya pemegang saham atau pimpinan perusahaan) dengan distributor (penerima perintah, contohnya manajemen atau bawahan). Teori keagenan meramal kalau distributor mempunyai keunggulan informasi dibandingkan prinsipal dan kepentingan distributor dan principal berbeda, maka akan terjadi principal-agent problem dimana distributor akan melaksanakan tindakan yang menguntungkan dirinya namun merugikan prinsipal. Beban yang muncul karena tindakan manajemen tersebut menjadi agency costs.
Pandangan teori keagenan tersebut pada hakekatnya dibangun dengan memperluas teori yang dibahas dalam karyakarya Coase, Berle, dan Means. Coase meletakkan landasan mengapa organisasi diperlukan. Coase mengakui bahwa baik solusi dengan pasar ataukah dengan organisasi keduanya sama-sama memiliki konsekuensi biaya. Dalam konteks ini agency costs, adalah merupakan biaya (transaction cost atau lebih sempurna lagi cost ef governance) yang terjadi manakala solusi organisasi ialah yang dipilih (untuk mendistribusikan barang dan jasa dalam masyarakat).
