Tugas Individu
Makalah ini diajukan untuk memenuhi kiprah mata kuliah Sosiologi Politik
BAB I
PENDAHULUAN
Pemilu mempunyai korelasi yang signifikan dengan demokrasi apabila peraturan dan pelaksanaanya menjamin terlaksananya hak asasi insan terutama hak sipil dan politik (Patrick Merloe, 199:2), contohnya adanya jaminan persamaan hak atau non – diskriminasi (bebas dari diskriminasi ras, warna kulit, jenis kelamin, bangsa, agama, kebebasan berpendapat, berserikat, berkumpul, bergerak, jaminan hak atas keamanan, dan proses aturan yang semestinya). Oleh alasannya itu, pemilu yang mempunyai korelasi yang aktual dengan perkembangan demokrasi, apabila partai politik sebagai kontestan diberikan jaminan kompetisi untuk memperoleh bunyi rakyat.
Pemilu 2009, mempunyai arti yang sangat besar. Ditengah-tengah pesimisme terhadap partai politik, diharapkan akan terpilih wakil-wakil rakyat yang mumpuni dan bisa mengemban amanah benar-benar sebagai wakil rakyat dan bukan lagi sebagai wakil partai maupun wakil kelompok. Semoga pemilu 2009 ini akan bisa membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar. Pemilu 2009 tentunya akan menghadirkan banyak pemimpin bangsa yang mencoba merebut tampuk kepemimpinan nasional. Sebut saja Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri, Jusuf Kalla, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Prabowo Subiyanto, Sutiyoso, Akbar Tandjung, Wiranto, dan banyak tokoh lainnya, menanggapi proses pemilu 2009, apa yang bias diharapkan untuk menimbulkan jalannya demokrasi menjadi demokrasi yang bermartabat dan bisa memperlihatkan buah manis bagi rakyat Indonesia? Di tahun 2009, event nasional berupa Pemilihan Umum merupakan sebuah momentum perjalanan proses demokrasi di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Pemilu merupakan salah satu sarana pelaksana kedaulatan rakyat yang menurut pada demokrasi perwakilan. Dengan demikian pemilu sanggup diartikan sebagai prosedur penyeleksian dan pendelegasian atau penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai yang dipercaya (Ramlan, 1992:181). Pemilu yang bebas adil, dan berkala, para pejabat dipilih ditentukan dalam pemilihan umum yang sering kali diadakan dan dilaksanakan dengan adil , dimana tindakan pamaksaan agak jarang dipakai.
Pemilu sebagai sebuah pesta demokrasi di Indonesia dimaknai oleh banyak pihak sebagai sebuah pertarungan hidup mati. Melalui event akbar ini digantungkan impian yang sangat besar untuk memperbaiki demokrasi di Indonesia. Tidak hanya itu, puluhan ribu calon legislatif juga memaknai pemilu sebagai sebuah masa depan yang cerah untuk melangkah ke Senayan. Dan bagi partai politik, pemilu 2009 dianggap menjadi sebuah pertarungan gengsi untuk memperebutkan kekuasaan tertinggi yaitu kepemimpinan nasional. Makanya tidak heran jikalau puluhan ribu caleg dan 38 partai politik berebut posisi untuk mendapat tiket ke Senayan dan Istana.
Dalam beberapa pemilihan umum di Indonesia, contohnya forum pemilihan umum memainkan kiprah yang cukup besar dalam menyaring orang – orang untuk dijadikan calon, bisa saja calon – calon yang sudah disiapkan oleh partai politik tidak sanggup disetujui oleh LPU alasannya orang – orang tersebut mempunyai latar belakang yang tidak mengenakkan dalam kehidupan politik di tanah air. Misalnya mereka pernah menjadi pelopor partai masyumi atau mereka telah menjadi organisasi massa yang di blacklist pemerintah atau mereka yaitu orang – orang yang dikategorikan berseberangan dengan pemerintah atau mereka yang dianggap tidak setia terhadap pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, negara dan pemerintah.
Slogan partai politik bahwa tujuan dibentuknya parpol untuk merebut kekuasaan seolah-olah menjadi pembenaran parpol untuk saling menghujat lawan politiknya untuk mendapat simpati rakyat untuk mempertahankan ataupun merebut kekuasaan. Sunguh ironis jikalau partai politik hanya mengharapkan simpati rakyat untuk kekuasaan dan melupakan nasib rakyat dikala berkuasa.
A. Pemilu di Indonesia Tahun 2009
Dua bulan menjelang pemilu 2009, suhu politik kian memanas. Partai-partai politik akseptor pemilu tidak henti-hentinya bermanuver dan mengeluarkan statmen-statmen politik yang terkadang menciptakan panas suhu politik di negeri ini. Masih segar di ingatan kita statmen-stamen ibarat tebar pesona, poco-poco (maju selangkah mundur selangkah), dansa sambil jualan gas murah, yoyo dan gasing serta idium-idium lainnya yang pada dasarnya mengkritisi kinerja masing-masing parpol.
Dalam setiap pemilihan umum, tentu ada pihak yang menang dan ada pihak yang kalah. Namun anehnya di Indonesia, banyak pihak yang kalah selalu mencela, menjelek-jelekkan, maupun menkritisi pasangan yang menang tanpa melihat obyektifitas yang ada. Bahkan, bagi pihak yang merasa kalah, oposisi yaitu sebuah pilihan mutlak baginya. Oposisi bukanlah sebuah hal yang tabu jikalau dijalankan dengan benar-benra untuk melaksanakan check and balance. Namun jikalau oposisi dijalankan alasannya dendam pribadi, tentu sikap-sikap kritik terhadap pemerintah lebih didasari oleh subyektifitas.
Besarnya impian terhadap pemilu 2009 ini tergambar dari masing-masing caleg dan partai politik dengan segala dana upaya mendapat perhatian masyarakat. Lihat saja, poster-poster, baliho, stiker, spanduk dan banyak sekali atribut caleg dan partai menghiasi banyak sekali sudut kota dan jalan-jalan protokol bahkan hingga ke pedesaan diseluruh Indonesia. Tidak hanya itu, iklan-iklan partai politik dan caleg juga sering kita jumpai di media-media cetak dan elektronik di penjurur negeri. Caleg dan partai politik rela merogoh kantong dalam-dalam untuk berjudi dengan masa depan melalui pemilu 2009 ini. Tentu sebuah pertaruhan yang logis dan sepadan dengan jabatan sebagai anggota DPR/DPD ataupun DPRD. Bahkan bagi partai politik, jabatan prestisius seorang presiden menjadi angan-angan tersendiri yang harus terwujudkan.
B. Prediksi Presiden dan Wapres Tahun 2009
Meski pemilihan umum presiden masih beberapa hari lagi, namun gaungnya dirasakan sangat kencang bahkan mengalahkan pencalonan anggota legislatif. Kini, kasak kusuk pencalonan presiden menjadi perbincangan hangat di kalangan media maupun politisi. Kata-kata koalisi, blok dan poros menjadi itilah yang sangat simpel didengar dan ditemui di hampir semua media di Indonesia.
Sebut saja Blok S yang identik dengan blok Susilo Bambang Yudhoyono yang akan diusung oleh Partai Demokrat dalam pemilu 2009. Lalu Blok M atau blok Megawati Soekarnoputri yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Blok J atau Blok Jusuf Kalla yang kemungkinan akan diusung oleh Partai Golkar.
Selain ketiga blok tersebut, kini juga muncul berberapa blok lain ibarat blok P atau blok perubahan yang dideklarasikan oleh Mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli dan Ketua Umum PNBK Erros Djarot. Tak mau kalah dengan istiah blok-blok, kini muncul istilah poros sebagai salah satu bentuk koalisi dari blok-blok yang sudah ada, ibarat poros Indonesia gres maupu poros bumi. Memang, membicarakan suksesi kepemimpinan nasional sangatlah menarik alasannya menjadi tujuan hampir semua partai politik untuk menempatkan kadernya diposisi paling tinggi yaitu dingklik presiden dan wakil presiden.
Meski dikala ini partai-partai sangat aktif menjalin komunikasi dengan partai lain, namun semua masih menanti kekuatan riil pinjaman dari masyarakat yang nanti bakal terlihat dalam hasil pemilku legislatif 9 April mendatang. Menetapan bunyi terbanyak sebagai calon terpilih dalam pemilu kali ini, diyakini banyak pihak bakal merubah peta perpolitikan dan pinjaman massa terhadap partai politik, alasannya bunyi partai benar-benar berada sepenuhnya ditangan para calegnya.
Dengan belum jelasnya peta perpolitikan ini, maka partai-partai masih belum bisa menetapkan akan berkoalisi dengan siapa alasannya belum jelasnya pinjaman riil dari rakyat. Inilah yang menimbulkan banyak partai hanya wait and see sambil menunggu hasil pemilu legislatif. Selain itu, partai-partai yang kini telah mengusung calon presidennya juga belum tentu mendapat perolehan bunyi tertentu sebagai syarat pengajuan calon presiden.
Dengan melihat belum jelasnya pinjaman masyarakat ini, beberapa figur yang kini tengah naik daun pun dipastikan juga masih dag dig dug menunggu lolos tidaknya partai pengusungnya di pilpres 2009 ini. Figur-figur yang banyak disebut-sebut antara lain:
1. Susilo Bambang Yudhoyono - Boediono
Sebagai calon incumbent, SBY disebut-sebut (diprediksikan) mempunyai peluang besar untuk bisa maju kembali menjadi presiden di tahun 2009. Prestasi kerja yang dinilai cukup baik bisa menjadi modal dalam peperangan pilpres 2009. Meski dikala ini, SBY terkesan dikeroyok oleh banyak pihak, termasuk kesiapan Wapres Jusuf Kalla, namun SBY tetap mempunyai daya tarik tersendiri bagi partai lain untuk tetap mengusung SBY dalam pencapresan 2009.
Namun demikian, tidak begitu polulernya Partai Demokrat, disebut-sebut akan menjadi hambatan dalam mengusung SBY sebagai capres jikalau Partai Demokrat tidak memenuhi 20 bunyi dalam pemilu legislatif. Jika ini terjadi, maka Partai Demokrat harus berkoalisi dengan partai lain biar bunyi yang diperoleh melebihi 20 persen bunyi sebagai batas minimal pencalonan presiden. Dengan saya tarik SBY, diprediksi Partai Demokrat tidak akan terlalu sulit mendapat sobat koalisi, alasannya potensi kemenangan SBY di pilpres ini sangat terbuka luas.
Calon Presiden (Capres) Partai Demokrat Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jadinya menggandeng Gubernur Bank Indonesia (BI) Prof Dr Boediono sebagai calon wakil presiden (cawapres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) Juli 2009 mendatang. Hal itu terjawab dikala berlangsung Deklarasi Capres-Cawapres SBY–Boediono di Sasana Budaya Ganesha Institut Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat, Jumat malam 15 Mei 2009.
Boediono, juga diyakini bisa membantu mengatasi krisis perekonomian dan selanjutnya kembali meningkatkan perekonomian nasional dan kesejahteraan rakyat. Boediono juga akan bisa membangun pemerintahan yang bersih, responsif, bebas korupsi, dan bertanggung jawab.
SBY juga berharap kepada partai-partai politik yang berketetapan untuk membangun koalisi ke depan. Marilah kita bangkit pemerintahan kabinet presidensial yang amanah, efektif, dan kredibel. Tugas dan kewajiban pemerintahan yaitu bekerja untuk rakyat dan menjalankan program-program pro rakyat. Tugas yang amat berat namun mulia.
Pasangan SBY-Boediono didukung oleh: Partai Demokrat, PAN, PKS, PKB, PPP, PBB, PNBK, PKPI, Republikan, PBR, PKPB, dan parpol kecil lain. Kekuatan bunyi sah nasional: 51,72% lebih dan kekuatan dingklik DPR: 56,07%.
2. Megawati Soekarno Putri - Prabowo
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan semenjak jauh hari telah mendeklarasikan diri untuk mengusung Megawati Soekarnoputri menjadi capres dari partai moncong putih tersebut. Dengan mengandalkan pemilih tradisional, PDI Perjuangan sangat yakin bisa mendapat 20 persen dengan mengusung putri proklamator ini duduk kembali dikursi RI. Peluang Megawati dinilai terbuka pula mengingat massa partai yang sedemikian banyak dan tersebar di seluruh Indonesia. Namun demikian, kegagalan megawati dalam pemilu 2004, disebut-sebut merupakan kegagalan Megawati sebagai presiden yang tentunya akan kuat terhadap image publik. Jika partai ini nantinya tidak mendaptkan perolehan bunyi 20 persen, maka PDI Perjuangan harus berkoalisi dengan partai lain.
Pasangan Mega-Prabowo ini diusung dua partai besar, yaitu PDIP dan Gerindra, yang didukung tujuh partai politik yang tidak lolos Parliamentary Treshold (PT), yaitu Partai Kedaulatan, Partai Merdeka, Partai Buruh, PPNUI, PSI, PIS dan Pakar Pangan. Sebelumnya Pakar Pangan yang tergabung dalam Sekretariat Bersama Forum Antar-Parpol (Sekber FAP).sampai dikala ini sepertinya belum banyak partai yang bermain mata dengan PDI Perjuangan untuk koalisi di pilpres 2009.
Pasangan Mega-Prabowo didukung oleh: PDI Perjuangan, Partai Gerindra, Partai Buruh. Kekuatan bunyi sah nasional: 18,74%, Kekuatan dingklik DPR: 21,6 %.
3. Jusuf Kalla - Wiranto
Nama wakil presiden ini akhir-akhir ini memang moncer sehabis statmen kesiapannya untuk dicalonkan sebagai capres oleh Partai Golkar. Suara DPD di partai ini banyak menghendaki ketua umumnya maju sebagai capres sebagai bentuk kebanggan partai terhadap kader terbaiknya. Namun demikian, pencalonan Jusuf Kalla ini disebut-sebut masih lonjong alasannya partai Golkar belum mengumumkan secara resmi pencalonan ini dan ditambah lagi masih belum bulatnya bunyi yang ada di partai berlambang pohon beringin ini.
Meski bunyi partai golkar sangat banyak di daerah, namun dari segi popularitas, dalam beberapa survey, nama Jusuf Kalla tidak terlalu bersinar dibanding kader golkar lainnya yaitu Sri Sultan HB X yang kini namanya juga tengah naik daun. Bahkan dalam internal partai sendiri banyak yang menghendaki Jusuf Kalla bepasangan kembali dengan SBY dalam pemilu 2009 alasannya selain meneruskan pemerintahan yang telah berjalan, pemerintahan SBY-JK diklaim banyak pihak cukup berprestasi.
Jusuf Kalla dan Wiranto ibarat saudara bau tanah dan muda. Wiranto dikala Pemilu Presiden 2004 kemudian naik menjadi calon presiden dari Partai Golkar. Saat jelang Pemilu 2004 lalu, kedua tokoh tersebut juga sama-sama mengikuti konvensi penjaringan calon presiden dari Partai Golkar. JK tak menamatkan proses konvensi yang lebih menentukan berduet dengan SBY.
Meski bukan kader Golkar tulen, Wiranto yang mantan Panglima ABRI tersebut tidaklah asing di Golkar. Apalagi dikala Orde Baru masih berkuasa yang memakai tiga jalur ABG (ABRI, Birokrasi, dan Golkar). Artinya, chemsitry JK dan Wiranto tidaklah menjadi soal dalam koalisi sipil-militer dan Jawa-non Jawa ini. Pasangan JK-Wiranto didukung Partai Golkar dan Hanura. Kekuatan bunyi sah nasional: 18,22%, Kekuatan dingklik di DPR: 22,32%.
C. Koalisi Ideal
Dalam sistem presidensiil yang kita anut kini ini, seharusnya presiden mempunyai kekuasaan mengendalikan jalannya pemerintahan, namun demikian sistem ini belum dipahami secara matang oleh masyarakat dan elit politik kita, sehingga dikala ini kekuasaan dewan legislatif juga mendominasi jalannya pemerintahan. Untuk itu, tidak heran jikalau banyak kebijakan pemerintah terhadang terhenti alasannya adanya penolakan-penolakan dari parlemen. Untuk itu, seorang pemimpin dinegeri ini harus mempunyai pinjaman yang cukup di dewan legislatif untuk mengamankan banyak sekali kebijakan pemerintah. Sebut saja pemerintahan SBY-JK. Untuk mengamankan banyak sekali kebijakan pemerintah, harus dibangun koalisi yang kuat antara partai Demokrat dan partai Golkar serta beberapa partai pendukung pemerintah lainnya.
Menjelang pemilu 2009 ini, dikala ini partai-partai tengah berkasak kusuk dengan partai lain untuk membangun sebuah koalisi yang diharapkan memperlihatkan laba di masa depan. Tidak hanya untuk pemilu legislatif saja, partai-partai tengah menjajaki banyak sekali kemungkinan berkoalisi mendukung calon prediden yang akan datang. Beberapa tokoh nasional yang kini muncul dipemukaan menjelang pemilu 2009 diantaranya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Mantan Menhankam Pangab Wiranto, Mantan Danjen Kopasus Prabowo Subiyanto, Wapres Jusuf Kalla, Mantan Ketua dewan perwakilan rakyat Akbar Tandjung, Ketua MPR Hidayat Nurwahid, Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso serta tokoh-tokoh lainnya. Kini tokoh-tokoh nasional itu tengah mencari pasangan masing-masing untuk maju dalam pemilu 2009. Partai-partai yang mempunyai basis masa yang besar juga tengah menjajaki koalisi dengan partai-partai lain untuk mengusung kandidat capres di 2009 ini.
Sebuah tindakan yang sangat sportif ditunjukkan Hillary Clinton dikala beliau mengakui kemenangan Obama dari Partai demokrat untuk bertarung dengan Mc Chain di pemilu di Amerika. Meski Hillary menjadi rival yang sangat kuat di kubu Demokrat, namun ketika dikalahkan Obama, maka dengan bahagia hati mendukung kampanye-kampanye yang dilakukan Obama dan bukannya menjatuhkan dan menjelekkan kebijakan-kebijakan yang diambil.
Untuk itulah, alangkah baiknya jikalau politisi-politisi kita menjiplak apa yang dilakukan oleh Hillary Clinton yaitu mengakui kekalahan dan mendukung yang menang untuk kemanjuan Ameria Serikat. Alahkah indahnya jikalau siapapun yang menjadi pemenang pemilu 2009 apakah Susilo Bambang Yudhoyono, apakah Megawati Soekarnoputri, apakah Prabowo ataukah yang lain, namun semua pihak saling bahu-membahu untuk mendukung pemerintahan menuntaskan dilema bangsa dan bukannya saling menyalahkan satu sama lain alasannya yang dibutuhkan bangsa ini bukannya konflik, bukannya saling ejek ataupun saling menyalahkan. Yang dibutuhkan bangsa ini yaitu lepas dari krisis multidimensi yang dikala ini masih membelenggu Indonesia. Tujuan negara ibarat yang tertuang dalam alenia keempat Undang-Undang Dasar 45 harus bisa tercapai. Untuk itu, diharapkan kesadaran nasional para politisi dan pemimpin negeri ini untuk bersatu membangun negeri.
BAB III
PENUTUP
Pemilu sebagai sebuah pesta demokrasi di Indonesia dimaknai oleh banyak pihak sebagai sebuah pertarungan hidup mati. Melalui event akbar ini digantungkan impian yang sangat besar untuk memperbaiki demokrasi di Indonesia. Tidak hanya itu, puluhan ribu calon legislatif juga memaknai pemilu sebagai sebuah masa depan yang cerah untuk melangkah ke Senayan. Dan bagi partai politik, pemilu 2009 dianggap menjadi sebuah pertarungan gengsi untuk memperebutkan kekuasaan tertinggi yaitu kepemimpinan nasional. Makanya tidak heran jikalau puluhan ribu caleg dan 38 partai politik berebut posisi untuk mendapat tiket ke Senayan dan Istana.
Menjelang pemilu 2009 ini, dikala ini partai-partai tengah berkasak kusuk dengan partai lain untuk membangun sebuah koalisi yang diharapkan memperlihatkan laba di masa depan. Tidak hanya untuk pemilu legislatif saja, partai-partai tengah menjajaki banyak sekali kemungkinan berkoalisi mendukung calon prediden yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Cholisin, M.Si. 2005. Dasar – Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta : UNY press.
Suharno, M.Si. 2004. Diklat Kuliah Sosiologi Politik. UNY.
http://indie.inilah.com/berita/citizen-journalism/2009/02/27/86845/siapa-sesungguhnya-yang-berkoalisi/.
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&jd=Gres%2C+Prediksi+Matematis+Capres+2009&dn=20090306155757.
www.demokrat.com
SEMOGA BERMANFAAT
follow: @ardimoviz
