1. Jelaskan pengertian perihal norma, nilai, dan etika serta berikan pola masing-masing 2 buah!
Jawaban:
Ø Norma yaitu aturan, ketentuan, ukuran-ukuran, hukum, tradisi yang berlaku pada masa tertentu yang dipakai untuk mengatur tingkah laris insan dan kelompok untuk mewujudkan keteraturan dan ketertiban dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Contoh:
a) Tidak meludah di sembarang daerah ( norma kesopanan )
b) Membunuh, mencuri, merampok (norma Hukum )
Ø Nilai yaitu harga, angka kepandaian, banyak sedikitnya isi, kadar atau mutu yang mempunyai sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berkhasiat bagi kemanusiaan dan sesuatu yang menyempurnakan insan sesuai dengan hakekatnya.
Contoh:
a) Mobil Mercedes keluaran terbaru yang harganya sangat mahal.(nilai dalam arti harga )
b) Upacara memandikan pusaka-pusaka Keraton Yogyakarta dan Surakarta yaitu upacara yang penuh dengan filosofi masyarakat Jawa. (nilai tradisi)
Ø Moral yaitu penentuan baik-buruk terhadap suatu perbuatan dan kelakuan manusia
Contoh:
a) Suka menolong orang lain
b) Berbakti kepada kedua orang tua
2. Menurut Thomas Lickona huruf atau tabiat seseorang sanggup dibuat melalui 3 unsur atau komponen yang mencakup moral knowing, etika feeling, dan moral behavior. Berikan pola pengembangan ketiga komponen tersebut dalam pembelajaran PKn SMP!
Jawaban:
Standar Kompetensi:
Menampilkan sikap yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila
Kompetensi dasar:
a) Menjelaskan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara
b) Menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara
c) Menunjukan sikap kasatmata terhadap pancasila dalamkehidupan berbangsa dan bernegara
d) Menampilkan sikap kasatmata terhadap Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat
1) Konsep moral
Ø Kesadaran Moral :Memberikan kesadaran terhadap nilai-nilai pancasila.
Ø Pengetahuan nilai moral :Pemahaman nilai-nilai pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara.
Ø Pandangan Kedepan :Manfaat menampilkan sikap yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila
Ø Penalaran Moral :Dapat menumbuhkan sikap positif, taat dan patuh terhadap Negara.
Ø Pengambilan keputusan :Bagaimana menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.
Ø Pengetahuan diri :Intropeksi diri apakah sikap kita telah sesuai dengan nilai-nilai pancasila.
2) Sikap moral
Ø Kata hati :Kata hati perihal sikap yang mencerminkan nilai-nilai pancasila.
Ø Rasa Percaya Diri :Rasa percaya diri kita untuk menerapkan sikap kasatmata terhadap pancasila.
Ø Empati :Empati kita kepada orang yang telah mengambarkan sikap positif terhadap pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ø Cinta Kebaikan :Cinta kita kepada nilai-nilai pancasila.
Ø Pengendalian diri :Pengendalian diri kita terhadap sikap kita yang menyimpang dari nilai-nilai pancasila.
Ø Kerendahan diri :Menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila.
3) Perilaku moral
Ø Kemampuan :Kemampuan Menampilkan sikap yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila.
Ø Kemauan :Kemauan kita dalam mengambarkan sikap kasatmata terhadap Pancasila.
Ø Kebiasaan :Kebiasaan mengambarkan sikap kasatmata yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila
3. Seiring dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) seseorang guru dituntut untuk sanggup kreatif menyebarkan bahan pembelajaran PKn yang mengacu pada SK dan KD yang ada dalam KTSP. Adapun sebagai calon guru harus sanggup menyebarkan atau menganalisis bahan PKn yang didalamnya memuat konsep, nilai, moral, norma, dan tujuan PKn. Coba berikan pola analisis bahan pelajaran tersebut!
Jawaban:
Standar kompetensi:
Memahami hakikat bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Konsep : Memberikan kesadaran dalam memahami hakikat bangsa dan Negara.
Nilai : Semangat patriotisme yang tinggi.
Moral : Menampilkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air.
Norma : Menumbuhkan sikap patriotisme dan nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tujuan : Membentuk warga negara yang taat dan patuh kepada bangsa dan negara yang dilandasi dengan penuh kesadaran.
4. Jelaskan mengapa sebagian para pemimpin kita (pejabat) mempunyai moralitas yamg kurang baik, ibarat korupsi, kolusi, jalan pintas (suka menerabas)? Apakah semua itu disebabkan lantaran kegagalan pendidikan di Indonesia, terutama PKn. Jelaskan argumen Anda!
Jawaban:
Menurut saya sebagian para pemipin kita (pejabat) mempunyai moralitas yang kurang baik lantaran nilai-nilai etika para pejabat itu sudah rusak dan negatif. Mereka hanya ingin berebut kekuasaan setinggi-tingginya demi sebuah gengsi atau uang walaupun cara memperolehnya dengan jalan tidak sehat atau licik. Setelah Pejabat-pejabat itu sudah menduduki/memperoleh kekuasaan itu maka tinggal merauk uang-uang rakyat dengan jalan korupsi. Ini merupakan salah satu bentuk etika para pejabat pemerintahan dikala ini yang populer akan koruptornya. Seperti kasus baru-baru ini perihal tertangkapnya anggota dewan perwakilan rakyat Al Amin Nasution oleh KPK lantaran adanya kasus suap pada dirinya. Moralitas yang kurang baik yang dimiliki sebagian pejabat bukan sepenuhnya kegagalan pendidikan Indonesia, yang dalam hal ini PKn, melainkan tergantung pada diri masing-masing individu dalam hal ini para pejabat. Kita semua tahu bahwa pada pelajaran PKn selalu diajarkan perihal pendidikan etika bahkan PKn salah satunya befungsi untuk membentuk /menjadikan kita sebagai warga negara yang bermoral baik dan manusiawi.
5. Jelaskan tahap perkembangan etika berdasarkan Piaget dan Lawrece Kohlberg. Berikan klarifikasi lengkap untuk masing-masing tahap, disertai contoh-contoh lebih baik!
Jawaban:
Tahap Perkembangan etika berdasarkan Piaget
a) Tahap Heteronomous Morality (Moralitas Heteronomus)
Pada tahap ini anak menganggap keadilan dan aturan sebagai sifat-sifat dunia (lingkungan) yang tidak berubah dan lepas dari kendali manusia. Anak akan menimbang jawaban dari perbuatan yang beliau lakukan, bukan dari maksud pelakunya. Misalnya, ada seorang anak yang berangkat sekolah tiba-tiba dijalan ada temannya yang jatuh dari sepeda. Akan tetapi anak tersebut tetap bergegas kesekolah tanpa membantu temannya tadi lantaran takut terlambat masuk sekolah dan nantinya akan terkena eksekusi oleh gurunya.
b) Tahap Autonomous Morality (Moralitas Otonomus)
Pada tahap ini anak sudah menyadari bahwa aturan-aturan dan aturan diciptakan manusia. Pada Otonomus maksud dan niat pelaku dibalik tindakannya dipandang lebih penting dari sekedar akibatnya. Misalnya ibarat pada kasus Heteronomus diatas, pada tahap ini anak tadi akan menentukan untuk membantu temannya terlebih dahulu sebelum masuk sekolah lantaran anak tadi tahu mungkin gurunya akan memaklumi alasan anak itu terlambat kesekolah lantaran menolong temannya.
Tahap perkembangan etika berdasarkan Kohlberg
Level perkembangan moral
1. Penalaran Moral Prakonvensional
Anak belum menyampaikan internalisasi nilai-nilai moral. Penalaran anak dikendalikan oleh factor eksternal yaitu ganjaran dan eksekusi yang bersifat fisik.
a. Orientasi eksekusi dan kepatuhan
o Mengacu pada kepatuhan atau hukuman oleh figur-figur yang berkuasa
· Tindakan dinilai benar atau salah tergantung dai jawaban eksekusi yang berkaitan dengan kegiatan tersebut.
· Misal: seorang anak akan menyampaikan bahwa bermain dengan pisau itu tidak baik, lantaran ibu melarangnya dan akan murka jikalau ia melaksanakan hal itu.
b. Orientasi individualisme dan tujuan instrumental
· Acuan etika anak masih terhadap peristiwa-peristiwa eksternal fisik
· Suatu tindakan dinilai benar bila berkaitan dengan insiden eksternal yang memuaskan kebutuhan dirinya atau orang lain yang sangat bersahabat dengan dirinya.
· Meskipun mencuri itu salah lantaran berasosiasi dengan eksekusi tetapi mencuri sanggup dibenarkan bila dilakukan dikala beliau sedang lapar.
· Pendidikan yang dikembangkan harus memperhatikan perkembangan dan cara belajar.
2. Penalaran Moral Konvensional
Pada tahap ini anak beranggapan bahwa yang bernilai yaitu memenuhi harapan-harapan keluarga serta berusaha menunjang ketertiban dan berusaha mengidentifikasikan diridengan mereka yang mengusahakan ketertiban sosial.
a. Orientasi konformitas interpersonal
· Tingkah laris yang dianggapnya baik yaitu tingkah laris yang menciptakan bahagia orang lain dan mendapat persetujuan mereka.
· Mereka yang berada di tahap ini berusaha berlaku masuk akal ibarat layaknya orang lain.
b. Orientasi aturan dan aturan
· Otoritas, perturan-peraturan yang sudah ditetapkan dan pemeliharaan ketertiban sosial dijunjung tinggi.
· Tingkah laris yang benar yaitu melaksanakan kewajiban, menghormati otoritas dan memelihara ketertiban sosial.
3. Penalaran Moral Pascakonvensional
Orang sudah berusaha mendapat perumusan nilai-nilai etika serta rumusan prinsip-prinsip nilai yang valid yang sanggup diterapkan.
a. Orientasi kontrak sosial
· Tindakan benar salah cenderung dimengerti dari atau didasarkan pada segi hak-hak langsung dan kaidah –kaidah yang sudah teruji di masyrakat.
· Nilai-nilai yang bersifat individual dan pendapat langsung diperhitungkan.
· Sudah ada kesadaran bahwa aturan itu sanggup dirubah bila difikir berkhasiat bagi masyarakat.
b. Orientasi etis universal
· Benar salahnya tindakan didasarkan pada putusan bunyi hati (budi nurani, conscience) sesuai dengan prinsip-prinsip nilai yang dianut oleh orang yang bersangkutan.
· Prinsip intinya yaitu prinsip perihal keadilan, kesamaan hak, HAM, hormat pada nilai (harkat) manusia.
NAMA: ARDI WIDAYANTO
NIM: 07401241043
PRODI: PKn. Hukum (R)
Universitas Negeri Yogyakarta
